G5P3A1 : Keguguran dan Toksoplasma

Bismillah...

2 kali dikuret dengan kasus berbeda benar-benar membuka mata aku, bahwa proses penciptaan manusia itu luar biasa kompleks. Dan mereka yang pada akhirnya terlahir, memang benar-benar pilihan. Manusia-manusia kuat, dengan segala kurang dan lebihnya. Takjub banget, subhanallah.. Dan harus benar-benar bersyukur dengan keberadaan anak-anak yang udah ada ini.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik,”. (Al Mukminun 12-14)

Kehamilan ke-4 aku dulu cuma sampai tahap 'alaqah (segumpal darah). Kantung kehamilan tanpa adanya janin (Blighted ovum/BO).

Nah kehamilan ke-5 kemarin, sudah ke tahap mudghah (segumpal daging). Janin.

Jadi ceritanya, aku pertama cek kehamilan pas lagi mudik bulan Desember 2020, di usia kehamilan 7 minggu lebih. Hampir 8 minggu. Mumpung bisa ke dokter perempuan. Di tempat tinggal aku ga ada obsgyn perempuan soalnya. Sebenernya kalau aku baca, dari kemenkes, di masa pandemi gini, cek kehamilan trimester pertama cukup sekali di minggu ke-10-an. Tapi berhubung kehamilan sebelumnya aku BO, jadi waktunya aku hitung-hitung, supaya kalau emang BO lagi aku bisa tindakan di tempat ortu, dan anak-anak ada yang jagain. Nah waktu cek pertama itu semua tampak baik2 saja. Ukuran bagus, detak jantung ada.

Beberapa minggu kemudian, aku balik ke tempat merantau. Dan setelah itu aku merasa ada yang nggak biasa. Tenagaku kok kaya gede banget.. Beda sama sebelumnya yang sedikit-sedikit capek. Sebelumnya tuh nyapu dikit capek. Cuci piring doang capek. Jadi antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lain harus dijeda istirahat. Dan kemudian tina-tiba aku bisa melakukan semua sekaligus nonstop. Aku pikir, oh mungkin karena udah lebih besar usia kandungannya. Atau mungkin capeknya ga kerasa aja, karena aku juga baru balik dari mudik dan harus baku hantam lagi dengan semua keseruan kerjaan rumah, setelah selama mudik kerjaannya cuma leyeh-leyeh bergembira wkwk.

Sampai akhirnya keluar flek. Aku belum berani ke dokter karena ga ada dokter perempuan. Fleknya kadang sedikit, kadang agak banyak. Tapi emang setiap hamil aku keluar flek sih ya. Bahkan pas anak ke-3 flek seminggu ga berhenti-berhenti. Beberapa hari kemudian, fleknya jadi merah. Akhirnya kami coba periksa ke bidan dulu. Di bidan diperiksa pakai doppler. Setelah dicari-cari, ternyata nggak terdengar detak jantung. Kata bidannya, harusnya usia segini (13 minggu) udah terdengar jelas. Akhirnya direkomendasikan ke dokter kandungan.

Kemudian pergilah kami ke dokter kandungan. Dan ya.. Begitulah. Waktu di-USG, detak jantungnya memang sudah nggak ada. Pembuluh darahnya sudah nggak ada. The baby's gone. Qadarullah wa maa syaa fa'al. Dokternya merekomendasikan induksi atau kuret di rumah sakit.

Dengan berbagai pertimbangan, kami putuskan untuk ke rumah sakit di kota Jambi aja. Kalau di Jambi, dokternya merekomendasikan kuret. Aku oke aja sih. Karena tindakan dan pemulihannya cepet. Oh iya, kami pilih jauh-jauh ke Jambi (sekitar 6 jam perjalanan), selain karena dokternya perempuan, juga karena ada hotel tepat di depan rumah sakit. Beneran yang deket banget. Jadi anak-anak nunggu di hotel. Soalnya emang ga ada yang bisa jagain anak-anak sih ya. Dan anak bontot kami lebih nyaman ditinggal cuma sama kakak-kakaknya aja, dibanding kalau ada orang lain. Masyaallah bersyukur banget anak-anak kooperatif dan anak gadis yang besar bisa jagain adik2nya. Tapi memang bapake anak-anak sendiri lebih banyak di hotel. Ke rumah sakit pas waktu-waktu penting aja. Ngurus administrasi sama waktu biusku hilang sampai masuk kamar inap. Soalnya pas kuret sebelumnya, setelah sadar aku muntah-muntah wkwk.

Alhamdulillah semua prosesnya Allah lancarkan dan mudahkan. Konsul ke poli kandungan jam 4 sore, kemudian tindakan jam 7 malem. Besok paginya udah bisa keluar RS hore.

Nah, berhubung udah 2 kali keguguran nih ya (BO termasuk keguguran juga ga si wkwk), aku tanya ke dokternya, baiknya gimana ke depannya. Karena kami memang nggak membatasi jumlah anak. Dokternya menyarankan tes torch dulu. Nah malem setelah keluar dari RS, kita coba cek lab. Tadinya mau tes torch semua-semuanya. Tapi ternyata mahal banget makk.. Yasudah dicicil dulu aja wkwk. Tokso rubellanya dulu aja deh. Alhamdulillah jam 8 malem diambil darah, besokan jam 10 udah bisa diambil hasilnya.

Dan ternyata, hasilnya IgM tokso dan IgM rubella dua-duanya positif. Qadarullah wa maa syaa fa'al. Ada tokso dan rubella yang sedang aktif di badanku. Tapi alhamdulillah lega ya, karena langsung bisa tau, kemarin kegugurannya kenapa.

Beberapa minggu setelahnya, kami konsul lagi untuk cek rahim pasca kuret. Sekalian konsul hasil lab. Dapet wejangan panjang lebar dari dokter hehe. Intinya, semua ada hikmahnya. Tokso ini parasit. Bisa menyebabkan kematian janin. Rubella ini virus. Bisa menyebabkan cacat pada janin. Jadi, kalaupun janinnya bertahan, sangat besar kemungkinan akan lahir cacat. Dan mungkin memang menurut Allah kami belum siap dengan amanah anak dengan kebutuhan khusus. Dokternya juga cerita tentang teman-teman sejawatnya yang melahirkan anak-anak yang terinfeksi rubella di dalam kandungan. Salam hormat untuk para orang tua luar biasa yang Allah amanahkan anak-anak istimewa dan calon penghuni surga :')

Aku bisa kena tokso rubella dari mana? Nah ini nggak tau. Kalau tokso, kalau diinget-inget ada 2 kemungkinan. Pertama, karena sebelum dan selama hamil aku sering mindah-mindahin tanaman dari pot-pot. Dan tanah yang dipakai ini dicampur pupuk kandang. Bisa jadi dari situ. Karena itu interaksi langsungku dengan kotoran hewan. Yang kedua, aku inget pernah makan sate. Berhubung ini hamil yang kesekian, jadi awareness aku berkurang ya, dibanding hamil-hamil sebelumnya. Bisa jadi satenya kurang mateng. Dan sebulan setelah makan sate tu aku baru inget, kan harusnya ga boleh ya.. Tapi ya Allahua'lam, parasit itu aslinya dateng dari mana.
Kalau yang rubella sih bener-bener have no idea, ketularan dari mana. Karena penularannya antar manusia. Dan yang terinfeksi nggak selalu ada gejala.

Untuk rubella, aku ga dikasih obat apa-apa karena dia akan sembuh sendiri dan nantinya membentuk antibodi. Untuk tokso, aku dikasih antibiotik, diminum 3 kali sehari, sekali minum 2 tablet. Diminum selama 3 minggu, terus istirahat 2 minggu, terus minum lagi 3 minggu. Sekarang ini aku masih dalam tahap minum untuk 3 minggu yang ke-2. Mudah-mudahan cepet sembuh ya. Aamiin..

So.. the moral of the story is.. Sebaiknya memang sebelum hamil kita mempersiapkan diri dulu ya, baik persiapan ruhiyah, ilmu, maupun fisik. Yang fisiknya nih, ada baiknya ibu-ibu yang merencanakan hamil untuk vaksin rubella. Kayanya gratis deh di puskesmas. Karena kalau pas hamil kena rubella, dampaknya akan sangat panjang.
Kemudian, untuk tokso memang harus menghindari penyebabnya ya. Kehamilan keberapapun tetep amanah yang harus dijaga. Kalau ada rezeki berlebih, boleh lah tes torch dulu sebelum promil. Tapi kalau aku tanya ke dokter2 selama hamil sebelum-sebelumnya, nggak yang wajib banget sih. Yang penting dijaga aja.
Allahua'lam. Semoga bermanfaat :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persalinan Anak Kedua Extended : Bongkar Jahitan

Kehamilan Anak Kedua

Persalinan Anak ke-3