Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

Kutitipkan Mereka pada-Mu

Ada satu status Pak Ustadz Adriano Rusfi yang ngena banget. Sungguh, andai karakter dan kualitas anak-anak kita sangat bergantung pada pola pengasuhan dan pendidikan yang kita lakukan terhadap mereka, tentulah kita hanya akan menghasilkan anak-anak gagal belaka. Ya, karena begitu minimnya ilmu pengasuhan kita, begitu buruknya keteladanan yang kita berikan, begitu inkonsistennya kita dalam mendidik, dan begitu emosionalnya kita dalam menghadapi mereka. Namun, untunglah Allah tak lalai mendidik anak-anak kita, lewat hikmah, lewat ilham, lewat hidayah. Maka, marilah rajin memohon pada Allah, agar Ia senantiasa memandu kita dalam membimbing amanah ini. Entah ya, saat ada hal keren yang dilakukan anak, ada kalanya terbersit rasa bangga. Bangganya bangga sama diri sendiri gituh. "Aduh anak hasil didikan gue soleh/solehah banget sih". Dan kemudian dicerita-ceritain ke orang lain. "Anak gue begini begini begini loh...". Dengan tetap terbersit dalam hati, "Didikan g

Masjid Salman ITB

Nama saya Fatima Mutiara Dewi Salman. Dan karena nama saya itu entah kenapa saya suka berasa yang punya Salman gitu hahaha *siape elu*. Masjid Salman ini jadi salah satu pertimbangan ketika saya mau masuk ITB. Tadinya pengen Arsi. Hanya karena letaknya yang paling deket sama Salman hahaha. Tapi saya masih tau diri sih. Saya ga bisa gambar. Baiklah, jurusan apa aja lah. Pertama ke sana, saya takjub sama suasananya. Di tempat yang kemudian saya ketahui bernama kortim a.k.a koridor timur, banyak aktivitas yang dilakukan oleh kelompok-kelompok orang. Sepertinya mahasiswa. Dan dulu, saya pengen jadi salah satu bagiannya. Alhamdulillah Allah takdirkan saya masuk ITB. Alhamdulillah Allah takdirkan saya masuk Gamais. Rekor paling pagi, pas kaderisasi STEI, ke Salman jam 4 pagi. Sholat subuh di sana. Sering juga rapat-rapat, entah Gamais, LDF, LDPS, ke Salman jam 6 pagi. Atau jam 7 pagi. Ada waktu jeda antara kuliah, paling enak nunggu di salman. Tempat di mana selalu ada orang yang bis

Umroh Membawa Bayi

Bismillah. Insyaallah akuh mau share pengalaman waktu kita umrah dengan membawa bayi nih. Kami (suami, saya, anak pertama) Alhamdulillah Allah kehendaki berangkat ke Baitullah pada bulan Mei 2014. Nggak cuma bertiga sih. Sama beberapa keluarga yang lain juga. Ada bapak dan kakak saya, juga bapak ibu mertua. Udah lama juga nih. Jadi mungkin banyak yang lupa-lupa. Waktu kita berangkat umrah tahun lalu, anak pertama saya umurnya 21 bulan. Ya nggak bayi juga sih. Tapi masih piyik lah. Kenapa gitu bayinya dibawa? Kan kasian.. Emm.. kalau ini emang tergantung kondisi masing-masing orang tua ya. Kalau saya, memang sejak lahir nggak pernah pisah dengan anak. Sama sekali. Anak saya pun masih nyusu. Jadi nggak ada sama sekali opsi saya berangkat tanpa anak.  Karena saya sudah umroh dan haji, jadi umroh ini bukan umroh wajib. Kalau  anak saya nggak ikut, saya juga nggak. Btw step-stepnya gimana nih...? Paspor Kita bikin paspor di Palembang. Dan dulu, bikinnya lama bok. Bukan prosedurnya. Ta

Apa Adanya Saja

Tulisan kang Adhitya Mulya beberapa waktu lalu yang judulnya Syarat Hidup teh passs banget. Pas banget saya lagi banyak berpikir tentang hal itu. Syarat hidup saya, suami, dan terutama anak-anak. Selama ini sih kami menyebutnya gaya hidup. Dalam mendidik anak saya kadang  merasakan keraguan. Kami terlalu memfasilitasi anak-anak nggak ya? Anak-anak hidupnya terlalu instan nggak ya? Kami terlalu memenuhi keinginan anak-anak nggak ya? Hmm.. Bisa jadi iya.. Bisa jadi nggak.. Emang nggak ada ukurannya. Tapi ya tetep kadang ada rasa khawatir anak-anak nggak tumbuh jadi anak-anak yang tough. Khawatir anak-anak terbiasa hidup nyaman. Kenapa khawatir? Karena........... Pan anak-anak laki-laki kita bukan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz yak. Yang dengan pilihannya sendiri bisa  hidup melarat tiba-tiba saat Allah memberi amanah sebagai khalifah kaum muslimin. Pun, anak-anak perempuan kami bukan Fatimah binti 'Abdul Malik, yang atas kemauan sendiri bisa langsung mengubah hidupnya d