Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2015

Hafidz Indonesia dan Asma Tsabita

"Bertemu lagi dengan kak Irfan dalam acaraa Hafidz... Indonesia... Cinta Al-Qur'an...." Anak saya, Asma (3yo) sampe hafal banget kalimat itu. 3 tahun lalu, di milis alumni SMA saya, ada email dari seorang senior yang kerja di RCTI yang isinya ada audisi para hafidz cilik untuk ditampilkan di program mereka. Saya cuma baca sekilas. Dan saya skeptis. Mana ada sih acara TV yang bener-bener bagus dan manfaat. Dan saya melupakannya begitu saja. Beberapa bulan berlalu, dan Ramadhan datang. Alam pun riang. Hehe. Tiba-tiba banyak sekali yang membicarakan sebuah program televisi berjudul Hafidz Indonesia di RCTI, yang katanya bagus banget dan menyentuh. Saya nggak punya tv dan nggak terlalu berminat. Jadi saya nggak nyari tau juga. Tiba saatnya mudik ke rumah orang tua, dipertontonkanlah kepada saya program yang dibicarakan orang-orang itu. Masih skeptis? Big no no. Pertama kali nonton saya langsung mbrebes mili. Masyaallah.. Tabarakallah... Anak-anak kecil ini... Aku speechle

Abdurrahman Salim

Nyari nama cowo kayanya lebih gampang ya. Tapi prakteknya ga segampang itu juga. Nama anak kedua kami juga nggak lepas dari polemik *ngga segitunya juga kalee*. Saya sama suami ini orangnya emang konvensional banget. Baca-baca tentang penamaan anak dalam Islam, ya udah ambil aja nama dari situ. Karena nama yang paling dicintai Allah itu Abdullah dan Abdurrahman, ya buat namain anak laki-laki kami, kita ambil aja salah satunya. Simpel. Hahaha. Abinya sih yang menetapkan nama Abdurrahman ini. Dan nama Salim ini bukan Saliim, tapi Saalim. Diambil dari nama seorang sahabat. Kalau di buku 60 sirah sahabat, beliau ini diceritakan di urutan 60. Yak, halaman-halaman terakhir buku. Dan satu-satunya yang namanya Salim. Panjangnya Salim Maula Abu Huzaifah. Beliau ini satu dari empat sahabat yang direferensikan langsung oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam untuk belajar Al-Qur'an. Yak, beliau ini ahlul Qur'an. Artinya? Beliau juga Ahlullah. Beliau pun seorang syuhada. Masyaall

Asma Tsabita

Ini nama anak pertama kami. Dulu banyak yang nggak sreg gitu sama namanya. Mulai dari artinya yang kaya penyakit, sampe nama panjangnya yang pendek banget. Tapi saya termasuk orang yang kalo udah punya mau bakal kekeuh. Jadi we, namanya tetep itu. Tadinya sebenernya emang 3 kata. Tapi abinya asma nggak sreg sama kata keduanya. Ya udah jadinya namanya itu. Waktu saya kuliah dulu, kami putri-putri ITB terdoktrin untuk menjadi tangguh di antara para cowo. Dan ikon shahabiyah tangguh adalah Asma binti Abu Bakar. Eh padahal yah, jadi akhwat elektro itu *harusnya* malah kaya princess banget loh. Berhubung banyak cowo, jadi gawean2 yang berat ya dikerjain cowo2 *harusnya loh ya*. Beda sama cewe-cewe farmasi yang kudu ngangkut galon sendiri. Wkwkwk. Nah, tapi sosok Asma binti Abu Bakar udah terlanjur jadi panutan buat saya. Beliau yang menenangkan kakeknya saat Abu Bakar hijrah tanpa meninggalkan harta. Beliau yang mengantar makanan kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan ayahn