Menua Seperti Asma

Asma siapa? Asma binti Abu Bakar radhiyallahu 'anhuma tentu saja.

Entah untuk yang ke berapa kali saya mendengar bagaimana terujinya seorang anak ketika harus mengurus orang tuanya yang sudah sepuh. Yang sifat-sifatnya sudah kembali seperti anak-anak. Berat? Sepengalaman orang-orang di sekitar saya, iya. Saya nggak berani komen hehe. Saya belum pernah merasakan. Orang tua dan mertua alhamdulillah semuanya masih sehat... Masih ngemong kami yang seharusnya malu udah segede gini masih sering ngerepotin.

Masyaallah ya.. Islam telah mengatur manusia sebegitu detailnya. Detail sekali. Termasuk hubungan antara orang tua dan anak. Saya dari dulu teh mikir.... Kenapa gitu yah, Allah begitu memuliakan orang tua? Kenapa bahkan durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar? Padahal kan orang tua ya manusia biasa aja gitu. Banyak dosa juga. Tapi kemudian ketika mendengar cerita orang-orang yang berpengalaman merawat orang tua, sedikit demi sedikit saya jadi lebih paham.

Coba bayangin aja sih ya, kalau seandainya Allah tidak memposisikan orang tua setinggi itu, tidak dengan tegas memerintahkan anak untuk birrul walidain, berapa gelintir anak sih yang mau merawat orang tua dengan ketidakberdayaannya..? Teringat kisah tentang sahabat yang ingin pergi berjihad, kemudian Rasulullah memintanya untuk izin orang tua. Bila diizinkan, pergilah berjihad, bila tidak, berbaktilah kepada orang tua.
See..? Jihad bok, jihad... pengorbanan tingkat tertinggi itu pun harus dengan izin orang tua.. Karena seorang manusia yang sudah begitu tua, sudah begitu lemah, siapa lagi yang bisa merawat dengan baik kalau bukan anaknya..? *kalimat terakhir PR banget ni buat kami yang mungkin tinggalnya akan nomaden*.

Kalau saya sendiri berharaaap sekali, kalau Allah berikan umur panjang, semoga bisa menjadi mbah-mbah yang tidak merepotkan anak-anaknya. Seperti Asma binti Abu Bakar yang wafat menjelang usia 100 tahun. Tetap sehat dan tidak pikun. Hanya pandangannya saja yang Allah hilangkan kemampuannya. Masyaallah.. Asma binti Abu Bakar yang pada usia menjelang 100 tahunnya masih mendorong anak tercinta untuk syahid dalam mempertahankan kebenaran.. Seorang ibu yang setrong banget pokoke. Hingga usia lanjutnya.

Artinya...
Sejak saat ini kami harus menjaga diri kami. Kami harus mengasupi diri sendiri dengan makanan bergizi yang mencegah kami dari penyakit-penyakit degeneratif. Juga olah raga. Pun melatih otak, dengan hafalan Qur'an dan ilmu. Dan yang paling penting, dengan amal shalih. Dengan amal shalih.. Sehingga panjangnya usia mendatangkan barakah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persalinan Anak Kedua Extended : Bongkar Jahitan

Kehamilan Anak Kedua

Persalinan Anak ke-3